Seru Banget! Simak Diskusi Sri Mulyani, Menkeu Italia & India
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkesempatan untuk berdiskusi mengenai perkembangan ekonomi dunia bersama Menteri Keuangan Italia Daniele Franco dan Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman.
Kesempatan itu berlangsung pada acara High Level Discussion Menteri Keuangan Troika dalam pertemuan tingkat deputi Kementerian Keuangan dan Bank Sentral atau Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBDM) G20.
Ketiganya sepakat bahwa untuk mendorong pemulihan ekonomi global yang kau, seimbang, serta inklusif banyak hal yang harus dilakukan bersama dan berkesinambungan dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi global.
Menguatnya kinerja ekonomi global khususnya negara maju yang diikuti dengan naiknya tekanan inflasi juga mendorong perubahan kebijakan yang lebih ketat. Sehingga pemulihan yang tidak merata berpotensi semakin parah.
"Varian omricon meningkatkan ketidakpastian. Kami menghargai fokus Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk mengedepankan tema 'recovery together recover stronger'," jelas Franco dikutip Jumat (10/12/2021).
Sayangnya, menurut Franco saat ini belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi secara merata di seluruh dunia, karena vaksinasi Covid-19 yang sebagai game changer dalam pemulihan ekonomi belum bisa terdistribusi dengan baik di banyak negara.
"Gangguan vaksin bisa melemahkan daya sistem kesehatan dan pemulihan ekonomi yang tak merata," ujar Franco melanjutkan.
Sementara itu, pandemi yang berkepanjangan akan menimbulkan scarring effect. Butuh exit strategy yang tepat dan upaya mengatasi masalah scarring effect menjadi prasyarat pemulihan yang berkelanjutan.
Sri Mulyani pun mengamini apa yang disampaikan Daniele. Sri Mulyani mengatakan pandemi Covid-19 telah menciptakan ketidakpastian dan situasi perlombaan antara negara maju dan negara berkembang untuk meraih akses vaksin Covid-19.
Pasalnya saat ini negara maju sudah berhasil melakukan vaksinasi hingga lebih dari 80%. Produksi vaksin covid-19 secara global seharusnya mampu memvaksinasi 80% penduduk dunia, namun ternyata distribusinya belum merata terutama untuk negara miskin dan berkembang.
Harapannya, melalui Joint Finance Health Task Force G20 atau gugus tugas Keuangan-Kesehatan bersama G20 akan menciptakan strategi penanggulangan lebih awal dan mencegah dampak yang lebih dalam terhadap keberlangsungan sosial, masyarakat maupun ekonomi.
"Jadi memiliki akses vaksin, terutama untuk seluruh negara akan menjadi sangat penting. Kami telah membentuk Joint Finance Health Task Force G20," jelas Sri Mulyani.
"Saya berharap dalam gugus tugas berkelanjutan kita akan bekerja, kita akan dapat membahas lebih konkrit bagaimana kita akan membiayai banyak inisiatif yang sangat baik," ujarnya Sri Mulyani lagi.
Sitharaman juga menekankan pentingnya transformasi solidaritas global menjadi aksi global. Vaksinasi yang menjadi ujung tombak pemulihan harus terjangkau dan dapat diakses oleh semua negara.
Sitharaman pun mendukung pandangan Sri Mulyani bahwa G20 sebagai penyumbang 80% GDP dunia harus menjadi sistem global yang kuat dalam mendukung satu negara dan lainnya.
Sayangnya, kata Sitharaman tidak semua negara bersedia untuk mendukung, apalagi memberikan secara cuma-cuma pasokan vaksinnya.
"Seharusnya sebagai ekosistem ekonomi global, negara yang mudah mendapatkan akses vaksin bisa memberikan atau menghibahkan vaksin Covid-19. Namun beberapa negara sayangnya tidak mampu melakukan itu, karena adanya keterbatasan infrastruktur dan logistik," jelas Sitharaman.
Terlebih, banyak juga di negara-negara berkembang, masih harus berjuang untuk melakukan vaksinasi kepada masyarakat yang tinggal di pedalaman, yang jauh dari akses pemerintah setempat.
"Masalah kita tidak mendapatkan dosis vaksin yang cukup dan ketersediaan yang besar adalah satu cerita. Tapi, di negara-negara lain juga harus berjuang mempercepat pembangunan infrastruktur. Di satu sisi juga harus mempercepat vaksinasi Covid-19 kepada masyarakatnya," kata Sitharaman menegaskan.
Kendati demikian, India sangat mendorong persiapan manufaktur dan industri agar bisa memenuhi kebutuhan pasokan global.
Saat ini, inflasi di negara maju terjadi karena gangguan rantai pasok global tersebut. Maka dari itu, penting bagi setiap negara untuk menyamakan langkah pulih bersama karena ketidakmerataan akan membawa pada tantangan ekonomi lainnya.
"Kita perlu mengembalikan sumber daya manusia yang kini ada di sektor informal ke sektor formal, dan ini sangat tergantung juga pada vaksinasi," kata Sitharaman.[cnbcindonesia.com]