Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Merdeka Belajar (Bagian 2)
GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Diki Hermawan, S.Pd., M.Ed.(C).*
Wujudkan Profil Pelajar Pancasila
Salah satu karakter utama dari Kurikulum Merdeka Belajar ini adalah keseriusan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya para pelajar Pancasila di Indonesia. Hal ini perlu diapresiasi, tetapi secara paradoks seakan mengakui bahwa hingga saat ini, pendidikan Indonesia belumlah mampu menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasilais.
Lantas apakah ada perbedaan substansial yang mengharuskannya harus berbeda dengan dimensi karakter pada kurikulum sebelumnya? Seperti apa sebenarnya profil pelajar Pancasila yang dirumuskan pemerintah dalam kurikulum baru ini? Kita simak lebih jauh di artikel berikut.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Merdeka Belajar (Bagian 1)
Mencelotehi Gonta-Ganti Nilai Esensial Pendidikan Indonesia
Baiklah, mari kita berpikir positif bahwa pemerintah menyadari masalah yang terjadi dalam penerapan pendidikan karakter yang masih mentok akibat selingkuh dengan kepentingan pasar bernafsu neoliberalisasi pendidikan. Sehingga pendidikan karakter yang sudah dicanangkan sejak era Presiden SBY, harus di-upgrade mejadi profil pelajar Pancasila.Hal lain yang mesti diapresiasi dari profil pelajar Pancasila ini adalah bentuk kesadaran pemerintah bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bagus, tetapi terlalu berat untuk dilaksanakan. Terutama muatan karakter di dalamnya yang terlalu banyak untuk diimplementasikan oleh sekolah yang kebanyakan punya beragam keterbatasan. Saat pertama kali diluncurkan, terdapat 18 nilai karakter dalam kurikulum 2013 yang mesti diimpelementasikan.
Mulai dari religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kedelapan belas karakter tersebut, untuk dimaknai saja sudah sulit, apalagi harus dipelajari secara kontekstual satu per satu. Kira-kira begitulah curhat para guru yang berusaha mengajarkan semua karakter tersebut secara utuh di sekolah-sekolah kampung, yang kalau hujan libur sekolahnya.
Baca Juga: Unduh Materi PDF Kurikulum Merdeka
Pada 2017, periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, Kurikulum 2013 memang belum mengalami penyempurnaan, 18 nilai dari pendidikan karakter tersebut disederhanakan dalam lima nilai yang lebih esensial. Kelimanya disebut sebagai Penguatan Pendidikan Karakter, bahkan ada salam PPK nya. Bunyinya begini, religius, nasionalis, integritas, mandiri, gotong royong. Hal ini sebenarnya sudah jauh lebih baik dan membumi, para guru di sekolah juga lebih leluasa untuk dapat “menguatkan” karakter kunci yang diinginkan negara.
Kini di periode kedua presiden yang sama, hal paling esensial yang menjadi ruh pendidikan Indonesia, yakni dimensi karakter yang diajarkan kembali berubah. Hal ini memang masih membuktikan bahwa ganti menteri ganti kebijakan masih terjadi. Kendati demikian, tak apalah, terpenting mendukung niat ideal dari profil pelajar Pancasila ini untuk diterapkan dengan baik.
Lebih Jauh tentang Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Pemerintah memaknai profil pelajar Pancasila sebagai pemaknaan lebih dalam dari tujuan pendidikan nasional. Pemerintah menghendaki agar tujuan dari pendidikan nasional dapat diwujudkan menjadi sebuah profil karakter yang dapat sepenuhnya diterapkan oleh seluruh pemangku kebijakan di seluruh level. Oleh karena itu, pemerintah menghendaki rumusan dari dimensi karakter yang menjadi profil tersebut harus mudah singkat dan mudah dimaknai.
Dirumuskanlah profil pelajar Pancasila dengan enam dimensi di dalamnya: 1) beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) mandiri, 3) bergotong royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
- Contoh Perilaku Sebagai Bentuk Upaya Mengharmonisasikan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia di Lingkungan Bangsa dan Negara
- Hal Baik Apa Saja yang Dapat Kamu Pelajari dari Permainan Itu ? Halaman 36 Kelas 4 SD MI
- Contoh Perilaku Sebagai Bentuk Upaya Mengharmonisasikan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia di Lingkungan Masyarkaat
Baca Juga: Pentingnya Attitude dalam Kehidupan
Setiap dimensi profil pelajar Pancasila tersebut didetailkan menjadi beberapa elemen. Lalu setiap elemen tersebut diturunkan lagi menjadi beberapa subelemen dan membaginya berdasarkan usia psikologi perkembangan anak di sekolah. Pada tiap poin subelemen tersebut juga diterapkan sesuai dengan kata kerja operasional yang relevan dengan usia psikologi perkembangannya.
Pada dimensi beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terbagi lagi dalam beberapa elemen turunan. Elemen-elemen tersebut antara lain akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, akhlak bernegara.
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME | ||||
Akhlak beragama | Akhlak pribadi | Akhlak kepada manusia | Akhlak kepada alam | Akhlak bernegara |
mengenal dan mencintai Tuhan YME | Integritas | Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan | Memahami Keterhubungan Ekosistem Bumi | Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia |
Pemahaman agama/kepercayaan | Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual | Berempati kepada orang lain | Menjaga lingkungan alam sekitar | |
Pelaksanaan ritual ibadah |
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Mandiri | |
Elemen Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi | Elemen Regulasi Diri |
Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi | Regulasi emosi |
Mengembang kan refleksi diri | Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya |
Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri | |
Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri | |
Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif |
Baca Juga: Pesan dari Lirik Lagu Tulus 'Hati-Hati di Jalan'
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Gotong Royong | ||
Elemen Kolaborasi | Elemen Kepedulian | Elemen Berbagi |
Kerja sama | Tanggap terhadap lingkungan sosial | Memberi dan menerima hal yang penting bagi kehidupan bersama |
Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama | Persepsi sosial | |
Saling-ketergantungan positif | ||
Koordinasi sosial |
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Gotong Royong | ||
Elemen mengenal dan menghargai budaya | Elemen komonukasi dan interaksi budaya | Elemen refleksi dan bertanggungjawab terhadap pengalaman kebinekaan |
Mendalami budaya dan identitas budaya | Berkomunikasi antarbudaya | Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan |
Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, serta praktiknya | Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif | Menghilangkan stereotip dan prasangka |
Menghormati terhadap keanekaragaman budaya
|
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Bernalar Kritis | ||
Elemen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan | Elemen refleksi pemikiran dan proses berpikir | Elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya |
Mengajukan pertanyaan
| Mampu berpikir sistematis dan menemukan masalah dari suatu sistem | Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri |
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan |
Sebaran Elemen dan Subelemen Dimensi Bernalar Kritis | ||
Elemen menghasilkan gagasan yang orisinal | Elemen menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal | Elemen memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan |
Menghargai dan mampu menghasilkan orisinalitas gagasan diri sendiri ataupun orang lain | Bersikap apa adanya dan berkarya dengan tidak merusak hak cipta orang lain | Menjadi manusia yang open minded dan solutif |
Langkah Mempermudah yang Tetap Saja Sulit
Hanya mengingatkan, setiap bagian dari sub elemen dari tabel-tabel di atas memiliki turunannya lagi untuk setiap jenjang pertumbuhan psikologi perkembangan anak-anak. Hal ini perlu diapresiasi, mungkin dengan tujuan untuk mempermudah sekolah-sekolah untuk secara langsung dapat mempelajari kompetensi teknis yang harus diajarkan kepada para muridnya.
Namun niat baik pemerintah ini, justru memperumit masalah. Sekolah-sekolah yang tadinya sudah diberi keleluasan untuk menerapkan hanya beberapa saja dari 18 muatan nilai pada pendidikan karakter Kurikulum 2013 sesuai dengan kapasitasnya, dan bahkan disimplifikasi lagi pada lima aspek saja pada Penguatan Pendidikan Karakter.
Kendati demikian, jika pemerintah tetap ingin mengejar penerapan profil pelajar Pancasila ini secara keseluruhan, dibutuhkan usaha yang sangat luar biasa. Program Guru Penggerak atau Sekolah Penggerak yang diharap menjadi katalisator masih belum cukup untuk menerapkan niat baik ini. Lebih dari itu, perlu generasi guru yang benar-benar mau dan mampu mengajar dengan prinsip pedagogi modern yang utuh. Dan tidak boleh lagi pendidikan Indonesia terjebak dalam perselingkuhannya dengan nilai-nilai neoliberalisme. Jika hal itu terjadi, maka itu nilai-nilai luhur yang dicita-citakan dalam profil pelajar Pancasila akan tetap menjadi sebuah omong kosong. (Bersambung).
Baca Juga: Pelajaran Bahasa Indonesia dan Keterampilan C4
Biodata: Diki Hermawan, S.Pd., M.Ed.(C). Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP UHAMKA, Jakarta. Lulusan terbaik FKIP UHAMKA Tahun 2018. Kader PK IMM FKIP UHAMKA. Master Candidate of Education Science at Institute Psychology and Education, Kazan Federal University, Republic Tatarstan, Russian Federation. Saat ini Ketua PCIM Rusia 2019-2022.