Babak Baru Proses Pembelajaran, Bergeser dari Tatap Muka Menuju Pembelajaran dalam Jaringan
Informasiguru_Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia telah menjadi penanda babak baru proses pembelajaran, yang bergeser dari tatap muka menuju pembelajaran dalam jaringan. Demikian diungkapkan Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat dalam sambutan pada peringatan Dies Natalis UT ke-37, di Kampus UT Pondok Cabe, Sabtu (4/9/2021).
Dia menambahkan selama 37 tahun, UT terus mendukung program-program pendidikan yang telah diagendakan pemerintah. Salah satunya seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada peringatan Hardiknas 2 Mei 2021, yang menekankan pendidikan berkualitas untuk semua yang bersifat inklusif dan menjangkau seluruh Tanah Air.
“Sebagai respon arahan Presiden Jokowi tersebut, UT telah berupaya membuka kesempatan kuliah di UT dengan mengedepankan inklusifitas, yang bisa diakses siapapun sesuai dengan konsep dan makna kata terbuka pada nama UT,” jelas dia.
Saat ini UT memiliki daya jangkau dengan terdapat 39 kantor cabang atau Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) dan satu pusat pengelolaan mahasiswa luar negeri telah mampu mewujudkan pendidikan untuk semua. UT juga memiliki 869 kelompok belajar dan 50 sentra layanan UT.
“Selain itu UT telah memberi kesempatan pada masyarakat untuk bisa mendapat pendidikan tinggi berkualitas tanpa hambatan jarak dan waktu,” terang dia.
Pihaknya juga berupaya meningkatkan daya jangkau, sehingga calon mahasiswa yang berada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) bisa mendapatkan akses pendidikan tinggi, tanpa harus meninggalkan kampung halaman dan juga pekerjaannya.
UT memberikan peningkatan layanan pendidikan bagi mahasiswa yang berasal dari daerah 3T seperti pelatihan pembelajaran jarak jauh, assignment workshop dan exam clinic.
“Layanan ini penting agar mahasiswa UT dapat menjadi pembelajar jarak jauh yang tangguh,” imbuh dia.
Pada masa pandemi COVID-19, UT juga memberikan relaksasi pendidikan mahasiswa yang terdampak. Bantuan yang telah diberikan yakni sebanyak Rp 16 miliar.
UT juga membantu perguruan tinggi lain dalam melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), yakni memberikan layanan platform PJJ. Pihaknya juga membuka akses pembelajaran digital bagi semua dosen dan mahasiswa. Hal itu upaya dalam membangun SDM unggul melalui ekosistem pembelajaran digital. Dia juga menargetkan dalam waktu dekat, mahasiswa UT dapat mencapai satu juta mahasiswa.
Ketua Senat UT, Prof Chanif Nurcholis, berharap UT semakin masif berkontribusi dalam memberikan layanan PJJ pada masyarakat. Selain itu juga diharapkan kompetensi lulusan dan juga dosen setara dengan kampus terbuka lainnya di dunia.
Ojat juga menuturkan gagasan baru yaitu ‘Wajib Kuliah’ sebagai wujud keadilan sosial bidang pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Lebih jauh Prof Ojat menyampaikan hal ini sejalan dengan visi Joko Widodo yang memprioritaskan pembangunan SDM unggul dalam periode kedua pemerintahannya.
“Kami Universitas Terbuka pada dies natalis ke-37 menggagas sekaligus mengusulkan kepada Pemerintah program Wajib Kuliah,” ujar Rektor UT kembali menegaskan.
Lambatnya kenaikan APK (angka partisipasi kasar) pendidikan tinggi banyak disebabkan karena keterbatasan ekonomi dan juga akses infrastruktur di mana setiap daerah belum tentu dapat menjangkau keberadaan perguruan tinggi.
“Inilah tugas yang diemban UT dari Pemerintah sejak 37 tahun lalu hingga saat ini untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Sehingga diharapkan setiap masyarakat memiliki kesempatan mengikuti pendidikan tinggi,” tambah Prof Ojat.
Pendidikan Tinggi untuk Semua
Optimisme UT saat melempar gagasan ‘Wajib Kuliah’ dalam dies natalis ke-37 bukan tanpa alasan. Prof Ojat bahkan menyampaikan program ‘Wajib Kuliah’ dapat diberikan secara gratis kepada masyarakat.
“Biaya kuliah di UT nantinya bisa gratis bagi mahasiswa, dan biaya operasional UT ditanggung Pemerintah dan stake holder lainnya,” tambah Prof Ojat.
Rektor UT menjelaskan dengan infrastuktur dan jaringan yang dimiliki UT saat ini, pihaknya optimistis dapat menyediakan pendidikan tinggi bagi 1 juta mahasiswa setiap tahunnya dan menjangkau hingga remote area atau daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
Mekanisme ini dapat dilakukan UT tidak hanya melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi daerah yang memiliki akses jaringan internet, namun juga melalui media belajar tercetak, terekam dan tersiar yang telah dijalankan UT selama ini.
Sumber : KRJOGJA.com
Demikian informasi ini semoga bermanfaat, silahkan simak informasi lainnya dibawah ini.